JOMBANG, KORAN-K.com – Puskesmas Bawangan Ploso sangat serius menangani kasus stunting di wilayahnya. Komitmen itu dibuktikan dengan menerapkan sejumlah upaya dan langkah setrategis dalam.rangka menurunkan jumlah kasus.
Setelah meluncurkan Inovasi BERGAS PELITA (Bersama Cegah Stunting dengan Pelayanan Terintegrasi) yang melibatkan lintas program dan lintas sektor, kini Puskesmas Bawangan Ploso berhasil menurunkan kasus stunting.
Di tahun 2023, kasus stunting sebesar 14,48 % menjadi 11,72 %, ini adalah angka yang didapatkan pada evaluasi sampai di Bulan September 2024.
Berbagai intervensi perbaikan gizi pada anak stunting melibatkan tidak hanya dari lintas sektor, tetapi juga peran besar Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang yang turut menggandeng Dokter Spesialis Anak dari seluruh Rumah Sakit di Kabupaten Jombang.
Terbukti, pada 18 September 2024, Puskesmas Bawangan Ploso bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang dan Dokter Spesialis Anak melakukan kegiatan Pendampingan Balita Stunting.
Turut hadir dr. Heru Setiawan, Sp.A dari RSUD Ploso bersama Ibu Titik Ulfah Bagian Subkor Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jombang di Ruang Pertemuan Puskesmas Bawangan Ploso.
Hari itu, tidak kurang dari 20 Balita Stunting yang tersebar di 13 Desa di wilayah Puskesmas Bawangan Ploso mendapatkan pendampingan dari Dokter Spesialis Anak.
Rangkaian kegiatannya berupa edukasi materi khusus tentang stunting, pemeriksaan dan konsultasi langsung dengan Dokter Spesialis Anak secara gratis, serta pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus berupa susu untuk Balita Stunting.
Sebelumnya, sebanyak 69 balita juga sudah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Anak. 2 balita yang mengawali terapi telah menunjukan perbaikan status gizi. Kemudian, dilanjutkan 67 balita sisanya.
Selain itu, Puskesmas Bawangan Ploso tidak berhenti untuk bekerjasama dengan lintas sektor sebagai mitra kerja, salah satunya dengan Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB-PPP) Kabupaten Jombang.
Kegiatan berupa Audit Stunting yang diselenggarakan secara rutin baru-baru ini berlangsung di Desa Losari.
Adapun rangkaian kegiatannya adalah kunjungan rumah oleh kader dengan sasaran balita stunting dan Ibu Hamil kekurangan energi kronis dan juga anemia yang selanjutnya dievaluasi serta pemberian edukasi.
Turut hadir Kepala DPPKB-PPPA dr. Pudji Umbaran, M.KP, Bapak Hafidz Wahyu M, S.Gz Ahli Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, dan tim dokter pemeriksa balita stunting serta ibu hamil KEK yakni dr. Mahfur, Sp.A dan dr. Joko Pratomo Sp.OG dari RSUD Jombang.
Pada kegiatan tersebut, dr. Mahfur, Sp.A menyampaikan optimismenya setelah selesai melakukan pemeriksaan pada balita stunting yang hadir oleh karena menunjukkan perkembangan status gizi yang baik.
Sedangkan, dr. Joko, Sp.OG menyampaikan edukasinya kepada para ibu hamil dalam rangka menjaga asupan nutrisi yang baik selama kehamilan dan melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin guna mencegah kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah oleh karena berpotensi menjadi stunting.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Puskesmas Bawangan Ploso, dr. Zusvina Aida Fitria, menuturkan pentingnya strategi pencegahan stunting.
“Skrining balita gizi kurang dan gizi buruk menjadi penting, karena bisa berpotensi jatuh pada kondisi stunting. Puskesmas Bawangan Ploso telah memberikan intervensi spesifik berupa Pemberian Makanan Tambahan dan Pangan Olahan Diet Khusus (susu PDK) bagi balita gizi kurang dan gizi buruk agar tidak jatuh pada kondisi stunting pada akhirnya, “tandasnya.
Selain itu, monitoring terapi pada balita sangat penting sehingga hal ini dilakukan setiap hari untuk dapat dievaluasi setiap minggunya.
Tidak cukup dengan kegiatan itu, pada hari Jumat tanggal 4 Oktober 2024, Puskesmas Bawangan Ploso mengadakan pemeriksaan pada balita dengan masalah gizi.
Tidak kurang dari 53 Balita yang dilakukan pemeriksaan ini akan mendapatkan bantuan Pangan Olahan Diet Khusus berupa susu. Susu Ini sebagai bentuk terapi perbaikan gizi pada balita gizi buruk dan gizi kurang supaya tidak sampai jatuh pada kondisi stunting.
Intervensi selanjutnya yaitu optimalisasi kegiatan posyandu dengan terus berkoordinasi dengan lintas sektor supaya dapat menghadirkan seluruh balita hingga 100% ke Posyandu.
Hal ini sangat penting sebagai upaya identifikasi tumbuh kembang balita, sehingga masalah gizi dapat ditemukan lebih dini untuk dapat segera diintervensi.
Integrasi Layanan Primer juga dikembangkan pada Posyandu dengan pelayanan siklus hidup meliputi pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas, usia bayi dan balita, usia pra sekolah, usia remaja, usia dewasa, dan usia lansia. (*)